Kehamilan

Bahaya Mana bagi Ibu Hamil, Hipotermia atau Hipertermia?

Ayu Maharani, 19 Des 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Kondisi hipotermia dan hipetermia sama-sama terkait kondisi suhu tubuh ekstrem. Tapi, mana yang lebih lebih fatal akibatnya bagi ibu hamil dan janin?

Bahaya Mana bagi Ibu Hamil, Hipotermia atau Hipertermia?

Di situasi seperti ini, suhu tubuh sangat menentukan kondisi kesehatan seseorang, termasuk ibu hamil. Saat suhu tubuh terlalu dingin, itu dinamakan hipotermia. Saat suhu tubuh terlalu panas, itu disebut hipertermia.

Lantas, apakah hipotermia pada ibu hamil lebih berbahaya? Atau justru, hipertermia pada ibu hamil yang lebih fatal bagi dirinya dan janin?

Tentang Hipotermia dan Hipertermia

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ketahui dulu bahwa suhu tubuh yang terlalu dingin adalah di bawah suhu 35 derajat Celsius.

Sementara, untuk suhu tubuh yang terlalu panas, angkanya berada di atas 38,5 derajat Celsius.

Penyebab utama dari hipotermia adalah berada di cuaca yang sangat dingin, khususnya tanpa pakaian hangat yang memadai, penghangat ruangan, ataupun makanan dan minuman hangat.

Orang yang habis berenang atau berendam air dingin juga berisiko tinggi mengalami hipotermia.

Gejala hipotermia yang paling terlihat adalah napas yang pendek-pendek, nadi lemah, menggigil, lemas, dan kesadaran mulai menurun. 

Berbeda dengan hipotermia, penyebab utama dari hipertermia adalah ketidakmampuan tubuh dalam menyeimbangkan suhu tubuh dan dipicu oleh suhu luar yang terlalu panas.

Orang yang habis beraktivitas fisik secara keras hingga keracunan obat berpotensi lebih besar untuk mengalami hal tersebut.

Ciri-ciri yang paling mudah terlihat dari hipertermia adalah gerah, kehausan yang parah, lemas, pusing berputar atau sakit kepala, mual, dan akhirnya kehilangan kesadaran. 

Artikel Lainnya: Ibu Sesak Napas Saat Hamil, Ini Efeknya pada Janin

1 dari 2

Bahaya Mana Kata Dokter, Hipotermia atau Hipertermia pada Ibu Hamil? 

Nah, menurut dr. Arina Heidyana, baik hipotermia pada ibu hamil maupun hipertermia, keduanya memiliki tingkat bahaya yang sama.

“Akibat hipertermia, dehidrasi yang tidak terkontrol bisa terjadi. Apabila dehidrasi yang tidak terkontrol terjadi, itu bisa menyebabkan kegagalan organ dan kematian!” jelas dr. Arina.

Jika tubuh ibu hamil trimester pertama memiliki suhu di atas 38,9 derajat Celsius selama 10 menit saja, keguguran dan neural tube defect pada janin bisa terjadi. 

Neural tube defect adalah kecacatan otak atau sumsum tulang belakang bayi karena tabung saraf tidak tertutup sempurna.

Dia menambahkan, “Sedangkan bahaya hipotermia, itu bisa menyebabkan pembuluh darah menyempit. Alhasil, pasokan darah ke seluruh tubuh terhambat dan sama-sama berujung pada kematian.” 

Jenis hipotermia pada ibu hamil ada tiga, yaitu:

  • Hipotermia ringan = 32 - 35 derajat Celsius.
  • Hipotermia sedang = 27 - 32 derajat Celsius.
  • Hipotermia berat = Di bawah 27 derajat Celsius.

Seorang ibu yang hamil yang punya masalah tiroid dan terlalu kurus akibat gizi yang buruk punya risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipotermia.

Intinya, hipertermia dan hipotermia pada ibu hamil sama-sama berakibat fatal. Tak ada yang lebih ringan dan tak ada yang lebih berat. 

Ketika suhu tubuh tidak terkendali, hal tersebut harus segera diatasi untuk mencegah risiko penyempitan pembuluh darah, kegagalan organ, kecacatan janin, keguguran, dan kematian bumil sendiri. 

Artikel Lainnya: Hujan Mulai Sering Turun, Waspada Hipotermia

2 dari 2

Bagaimana Cara Mengatasi Hipotermia dan Hipertermia pada Ibu Hamil?

Untung saja, ada sejumlah pertolongan pertama yang direkomendasikan oleh dr. Arina untuk mengatasi kedua kondisi tersebut. 

Untuk hipertermia, lakukan dua hal berikut ini:

  • Konsumsi obat penurun demam yang aman, seperti parasetamol.
  • Perbanyak minum air putih. 

“Meski pertolongan pertama di atas bisa Anda lakukan, jangan tunda untuk ke dokter jika suhu tubuh sudah di atas 39 derajat, atau suhu tidak turun meski sudah minum obat penurun demam,” kata dia. 

“Selain itu, perhatikan apakah ada tanda-tanda mata cekung, urine sedikit dan berwarna pekat, bibir kering, serta kulit kering. Itu merupakan tanda kegawatan yang mesti diatasi dokter,” tegas dr. Arina

Di rumah sakit, dokter akan memberi cairan infus, memberikan oksigen, serta memberikan obat yang lebih efektif untuk menurunkan suhu tubuhnya. 

Artikel Lainnya: 6 Hal yang Harus Ada di Tas Ibu Hamil Menjelang Persalinan

Untuk hipotermia, lakukan empat cara berikut ini:

  • Gunakan pakaian dan selimut tebal. 
  • Lepas pakaian yang basah jika kondisinya karena kehujanan atau habis berendam dengan pakaian.
  • Beristirahat di ruangan yang hangat dan tertutup.
  • Konsumsi minuman dan makanan hangat. 

Dokter Arina menambahkan, “Jika suhu tubuh bumil sudah kurang dari 26 derajat Celcius, terus-menerus menggigil, napas lambat dan pendek, sering mengantuk, bicara tidak jelas, dan nadi melemah, ini juga wajib segera dibawa ke rumah sakit.” 

Di sana, dokter akan memberikan cairan infus yang telah dihangatkan sekaligus memberi oksigen. Janin juga akan diperiksa. Perut ibu akan dipasangi alat CTG demi memantau janin dalam perut.

Kini, Anda sudah menemukan alasan untuk tidak meremehkan hipertermia dan hipotermia pada ibu hamil, bukan?

Bila masih ada pertanyaan seputar kehamilan atau keluhan kesehatan lain, segera konsultasikan kepada dokter melalui fitur LiveChat di aplikasi Klikdokter.

(HNS/AYU)

hipotermia