Sekolah tatap muka hingga kini masih menjadi perdebatan. Tak sedikit juga orang yang merasa aktivitas tersebut sangat berisiko.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun belum merekomendasikan belajar tatap muka di masa pandemi.
Sayangnya, meski belum disarankan oleh IDAI, belum ada tanda-tanda penundaan pembukaan sekolah sampai informasi ini diluncurkan.
Padahal, terdapat syarat khusus yang perlu dipenuhi bila pemerintah ingin kembali memberlakukan sekolah tatap muka.
Syarat Sekolah Tatap Muka yang Dianjurkan IDAI
Terdapat dua syarat utama untuk membiarkan murid kembali belajar di sekolah, yakni seperti berikut.
- Transmisi lokal dengan tanda positivity rate harus kurang dari 5 persen.
- Angka kematian sudah menurun.
Hal tersebut cukup sulit diwujudkan karena kasus positif infeksi virus corona belum mereda.
Artikel Lainnya: Belum Ada Vaksin COVID-19 Khusus Anak, Amankah Sekolah Tatap Muka?
Bila melihat kondisi dunia, kasusnya pun sedang meningkat terutama di India. Varian virus corona yang lebih menular dari India bahkan sudah masuk ke Indonesia.
Ditambah lagi dengan varian COVID-19 asal Inggris yang sudah lebih dulu menyebar. Kedua mutasi itu seharusnya sudah bisa membuat semua pihak lebih berhati-hati mengambil tindakan.
Cakupan vaksinasi coronavirus juga belum mencapai target. Bahkan, masih banyak lansia yang belum mendapatkan suntikan vaksin gratis.
Kalau anak sekolah tatap muka di saat lansia yang serumah dengannya belum divaksinasi, dikhawatirkan tingkat penularan dan kematian lansia akibat COVID-19 dapat meninggi.
Vaksin virus corona untuk anak-anak pun masih dikembangkan. Butuh waktu lama untuk menguji efektivitas vaksin anak beserta distribusinya nanti.
Artikel Lainnya: Rekomendasi Terbaru CDC Seputar Sekolah di Masa Pandemi
Sekolah Tatap Muka Dilaksanakan, Ikuti Anjuran Ini
Apabila sekolah tatap muka tetap dilaksanakan di situasi yang belum kondusif seperti sekarang, IDAI menganjurkan tiga hal berikut:
1. Blended Learning
Sekolah harus menyediakan blended learning atau pengajaran campuran. Orangtua dan anak bebas memilih mau sekolah secara online atau offline.
Bila ada orangtua yang tidak setuju untuk tatap muka atau anak dalam kondisi kesehatan yang tak mumpuni, masih bisa bersekolah dengan cara yang dipilih.
2. Setiap Siswa Punya Hak Mendapatkan Pengajaran yang Sama
Setiap anak, baik yang sekolah tatap muka maupun online, harus diperlakukan sama oleh pihak sekolah.
Jadi, pelajaran dan pengajaran setiap siswa sama. Bedanya hanya medium caranya saja.
3. Sekolah Cari Inovasi Belajar Baru
Adanya inovasi baru dalam proses belajar-mengajar. Misalnya, pembelajaran bisa dilakukan di ruang terbuka (outdoor atau semi outdoor).
Pihak sekolah mulai mencari formulasi pembelajaran yang efektif dan juga aman untuk para siswa.
Artikel Lainnya: Cek Kesehatan Mental Anak saat Belajar Online dengan Pertanyaan Ini
Pentingnya Edukasi Sekolah, Orangtua, dan Anak tentang Protokol Kesehatan
Dokter Dyah Novita Anggraini menganjurkan anak-anak dengan penyakit penyerta sebaiknya tetap bersekolah secara online saja.
Sebab, mereka lebih berisiko mengalami gejala lebih berat dibanding teman-temannya yang tak punya penyakit comorbid.
“Air cleaner HEPA juga bisa dipasang di ruangan kelas. Alat tersebut setidaknya bisa menyingkirkan partikel virus yang beredar di dalam ruangan,” saran dokter yang kerap disapa dr. Vita itu.
Apabila alat itu sulit didapatkan, jendela dan pintu ruang kelas bisa dibuka agar sirkulasi udaranya baik.
Sekolah yang punya taman atau lahan luas yang rapi juga bisa melakukan kegiatan belajar di luar ruangan.
Selain lebih aman dari risiko penularan, suasana outdoor biasanya juga lebih meningkatkan semangat belajar.
Pihak sekolah juga tak bisa langsung lepas tangan atau bingung saat ada warga sekolah yang terpapar COVID-19.
Ia harus diisolasi, dites, dan proses pembelajaran harus dihentikan dulu. Orang-orang yang berinteraksi dengannya juga harus di-tracing agar tidak semakin menyebar luas.
Artikel Lainnya: Alasan Tepat untuk Memindahkan Sekolah Anak Menurut Psikolog
Beragam materi edukasi dan pelatihan harus disebarluaskan oleh pihak sekolah kepada orangtua dan anak.
Mereka harus mengetahui etika batuk bersin dan tidak memberikan stigma kepada orang yang sudah pernah terkena covid sebelumnya.
Masker sangat penting untuk mencegah penularan virus corona. Karena itulah, warga sekolah harus selalu menggunakannya.
Masker dilepas sebentar ketika makan dan minum saja. Membawa masker cadangan juga penting.
Bila mengalami suatu gejala, jangan ragu konsultasi ke dokter lewat fitur Live Chat di aplikasi Klikdokter agar lebih cepat.
(FR/AYU)