Fenomena mengemis secara online telah menjadi perhatian dalam beberapa bulan terakhir, khususnya melalui media sosial seperti TikTok. Salah satu tokoh yang cukup populer dalam tren ini adalah Gunawan, yang dikenal dengan nama "Sadbor".
Gunawan “Sadbor” adalah figur publik di TikTok yang mendapat sorotan karena mengemis secara online dengan menampilkan tarian unik dengan latar belakang pedesaan untuk mendapatkan dukungan finansial atau “saweran” dari para penonton.
Menurut artikel CNBC Indonesia, fenomena "Sadbor" ini menunjukkan bagaimana media sosial memengaruhi masyarakat untuk memberikan donasi kepada individu yang memperlihatkan diri sebagai orang yang membutuhkan atau dalam keadaan emosional.
Tren mengemis online ini dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah efek "bandwagon," di mana orang-orang terdorong mengikuti tren tanpa memikirkan konsekuensinya.
Artikel ini juga menyertakan pendapat Psikolog Iswan Saputro, yang membahas pengaruh bandwagon effect, fenomena mengemis online di Indonesia, dan alasan di balik tingginya minat untuk menjadi 'pengemis' di dunia maya.
Artikel lainnya: 15 Alasan Mengapa Seseorang Bisa Kecanduan Judi Online
Apa itu Bandwagon Effect yang Menyebabkan Maraknya Pengemis Lewat Online?
Bandwagon effect adalah fenomena psikologis di mana seseorang mengikuti tindakan atau keyakinan orang lain hanya karena melihat banyak orang lain melakukannya, tanpa mempertimbangkan pendapat pribadi atau refleksi mendalam.
Fenomena ini, yang bisa disebut sebagai “ikut-ikutan,” sering terlihat dalam konteks mengemis online, di mana individu terdorong untuk memberikan donasi kepada seseorang di media sosial karena banyak orang lain juga melakukannya.
Dalam konteks mengemis online, beberapa faktor utama yang mendorong bandwagon effect adalah:
1. Tekanan sosial dan norma sosial
Media sosial kerap membentuk norma sosial yang kuat, di mana tindakan yang dilakukan secara luas dianggap sebagai sesuatu yang wajar atau bahkan dianjurkan.
Ketika pengguna melihat banyak orang lain memberikan dukungan atau donasi kepada pengemis online, mereka mungkin merasa terdorong untuk ikut melakukannya.
2. Perasaan empati kolektif
Bandwagon effect diperkuat oleh empati kolektif, di mana orang merasa tergerak untuk membantu setelah melihat unggahan yang menyentuh tentang kesulitan hidup.
Ketika orang lain mulai memberikan donasi, empati ini dapat menyebar dan mendorong lebih banyak orang untuk berpartisipasi.
3. Fear of missing out (FOMO)
Efek bandwagon juga didorong oleh FOMO, yaitu perasaan takut dan cemas ketinggalan atau melewatkan kesempatan untuk mengikuti tren populer.
Dalam konteks ini, banyak orang merasa harus ikut berkontribusi saat melihat orang lain melakukannya, meskipun mungkin belum mempertimbangkan manfaat bantuan tersebut.
Artikel lainnya: Waspada FOMO! Gangguan Jiwa Akibat Media Sosial
4. Pengaruh sosok populer atau influencer
Figur populer atau influencer sering memicu bandwagon effect. Ketika seorang influencer yang memiliki banyak pengikut memberikan dukungan kepada pengemis online, pengikut mereka cenderung terdorong untuk ikut memberi sebagai bentuk solidaritas terhadap influencer favorit.
Penelitian terbaru juga mendalami faktor-faktor yang memperkuat bandwagon effect, terutama dalam konteks digital.
Sebuah studi tahun 2023 menemukan bahwa algoritma media sosial yang menyoroti unggahan populer dapat memperkuat kecenderungan bandwagon dengan membuat konten-konten tertentu lebih terlihat sehingga lebih banyak diikuti.
Temuan ini menunjukkan bahwa bandwagon effect tidak hanya muncul dari interaksi antar pengguna tetapi juga dipengaruhi oleh media sosial yang menampilkan apa yang sedang tren.
Fenomena Mengemis Lewat Online di Indonesia
Fenomena mengemis online berkembang pesat di Indonesia, khususnya melalui media sosial seperti TikTok, YouTube, dan Instagram.
Banyak orang membagikan video yang menampilkan kehidupan sehari-hari mereka yang penuh tantangan, lengkap dengan narasi emosional atau ekspresi kesedihan, untuk mendapatkan simpati dari penonton.
Tren ini meluas dengan cepat, melibatkan berbagai kalangan, mulai dari mereka yang benar-benar membutuhkan hingga individu yang sekadar mencari popularitas atau keuntungan instan.
Berikut adalah beberapa ciri umum dari fenomena mengemis online di Indonesia:
1. Narasi emosional yang menarik simpati
Pengemis online sering kali menggunakan narasi yang menyentuh emosi penonton, menyoroti kesulitan hidup, masalah keuangan, atau masalah keluarga untuk membangkitkan simpati.
2. Menampilkan kehidupan yang serba sulit
Mereka biasanya menampilkan diri dalam kondisi yang tampak memprihatinkan untuk menciptakan efek simpati yang lebih kuat. Ini dapat terlihat dari pilihan pakaian yang sederhana, ekspresi menangis, atau latar belakang yang menunjukkan kehidupan sederhana.
3. Interaksi langsung dengan penonton untuk mendapatkan donasi
Di platform seperti TikTok, fitur siaran langsung memungkinkan pengguna berinteraksi secara real-time dengan penonton sambil menerima donasi berupa hadiah virtual yang dapat diuangkan, memudahkan mereka untuk meminta bantuan langsung.
4. Partisipasi tinggi dari penonton
Banyak orang memberikan dukungan dalam jumlah kecil yang jika dikumpulkan menjadi signifikan. Popularitas media sosial dan narasi emosional yang kuat menarik banyak partisipasi, yang memperkuat dampak fenomena ini di Indonesia.
Artikel lainnya: Dampak Media Sosial pada Kesehatan Mental
Mengapa Banyak Orang yang Beralih Menjadi ‘Pengemis’ di Online?
Mengemis online kini menjadi tren populer, baik bagi individu yang benar-benar membutuhkan bantuan maupun mereka yang sekadar mencari perhatian. Beberapa faktor yang mendorong banyak orang memilih mengemis online antara lain:
1. Kemudahan mendapatkan uang
Media sosial menawarkan peluang bagi pengguna untuk memperoleh penghasilan dengan cepat dan mudah.
Bagi sebagian orang, mengunggah konten yang menyoroti kesulitan hidup mereka, lalu menerima donasi dari penonton, terasa lebih praktis dibandingkan mencari pekerjaan tetap atau meningkatkan keterampilan.
Di Indonesia, tren ini berkembang pesat karena banyaknya pengguna media sosial yang murah hati dalam memberikan dukungan.
2. Kurangnya pengawasan
Platform seperti TikTok dan Instagram belum memiliki regulasi ketat terkait aktivitas mengemis online. Siapa pun dapat melakukan siaran langsung dan menerima donasi tanpa persyaratan atau background check yang jelas
Di Indonesia, kondisi ini membuat semakin banyak orang memanfaatkan platform untuk mengemis online, tanpa adanya hambatan legal atau administratif yang signifikan.
3. Daya tarik popularitas dan pengakuan sosial
Banyak orang tertarik pada popularitas yang datang dengan mengemis online. Ketika konten mereka mendapat perhatian, mereka menerima dukungan dari penonton yang bersimpati, menciptakan perasaan pengakuan dan memiliki pengikut setia.
Di Indonesia, fenomena ini memperkuat persepsi bahwa mengemis online bukan hanya sumber bantuan finansial, tetapi juga cara untuk membangun identitas sosial.
4. Efek bandwagon
Bandwagon effect mendorong semakin banyak orang untuk mengikuti tren mengemis online. Ketika melihat orang lain berhasil mendapatkan dukungan finansial dari aktivitas ini, banyak orang merasa terdorong untuk mencoba cara serupa.
Pengaruh sosial ini memperkuat anggapan bahwa mengemis online adalah metode yang sah dan efektif untuk mendapatkan dukungan di kalangan masyarakat Indonesia.
Artikel lainnya: Sadfishing, Tren Pamer Kesedihan di Media Sosial
Menjaga Kesehatan Mental dari Dampak Negatif Bandwagon Effect
Untuk menjaga kesehatan mental dari dampak negatif bandwagon effect, penting untuk mengembangkan kesadaran diri dan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi tren dan pengaruh sosial. Berikut beberapa cara efektif yang dapat dilakukan:
1. Kenali nilai dan batasan pribadi
Memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai dan batasan diri dapat membantu dalam membuat keputusan yang tidak terpengaruh tekanan sosial.
Dengan mengetahui apa yang penting dan sesuai dengan prinsip pribadi, kita lebih mudah menolak tren yang tidak relevan, merugikan, atau yang hanya bersifat sementara.
2. Tingkatkan keterampilan berpikir kritis
Melatih kemampuan berpikir kritis dapat membantu seseorang menganalisis suatu tren atau perilaku sebelum ikut terlibat. Pertimbangkan apakah tren tersebut benar-benar bermanfaat atau hanya mengikuti arus.
Membiarkan atau mendukung adanya mengemis online secara tidak langsung memperkuat fenomena ini dan menjadi sesuatu yang dianggap umum dan wajar.
3. Kurangi paparan media sosial yang berlebihan
Media sosial seringkali memicu bandwagon effect dengan menampilkan tren populer yang sedang diikuti banyak orang. Membatasi waktu di media sosial dapat mengurangi tekanan untuk mengikuti tren.
Mengatur waktu layar dan menyeleksi konten yang positif juga dapat membantu menjaga keseimbangan mental.
4. Fokus pada tujuan dan kepuasan jangka panjang
Menetapkan tujuan jangka panjang yang bermakna bagi diri sendiri bisa menjadi panduan untuk tetap fokus pada hal-hal yang benar-benar penting, meskipun ada tekanan sosial untuk mengikuti tren tertentu.
Ini membantu meningkatkan kepuasan pribadi dan menghindari perasaan hampa yang sering muncul dari ikut-ikutan.
5. Melatih rasa syukur dan self-compassion
Bandwagon effect sering kali memperkuat perbandingan sosial yang dapat mengurangi kepuasan diri.
Mengembangkan rasa syukur dan berlatih self-compassion dapat membantu menghargai diri sendiri apa adanya, tanpa perlu membandingkan dengan orang lain atau mengikuti tren hanya untuk "diterima" oleh sosial.
Fenomena mengemis online di Indonesia menunjukkan bagaimana media sosial mengubah persepsi dan perilaku masyarakat terhadap aktivitas ini, yang sebelumnya jarang dilakukan.
Bandwagon effect berperan besar dalam mendorong tren ini, di mana banyak orang ikut serta tanpa mempertimbangkan dampak kritisnya.
Meskipun bisa menjadi cara untuk membantu yang benar-benar membutuhkan, penting bagi masyarakat untuk lebih bijaksana dan tidak mudah terpengaruh, sehingga donasi diberikan kepada pihak yang benar-benar memerlukan.
Ingin memahami lebih jauh fenomena media sosial dan dampaknya pada kesehatan mental? Install aplikasi KlikDokter untuk info terpercaya dan berbagai topik kesehatan lainnya yang relevan. Temukan juga tips menjaga kesehatan mental di tengah tren sosial. Jangan lupa untuk #JagaSehatmu selalu ya.
- CNBC Indonesia. (2024). "Gunawan Sadbor, TikTok, dan Fenomena Mengemis Online di Masyarakat Kita." Diakses dari CNBC Indonesia
- Bandwagon Effect dalam Media Sosial. (2022). Journal of Social Influence and Media Psychology, 12(3), 78-89.
- Fenomena Mengemis Online di Media Sosial. (2023). Indonesian Journal of Digital Society Studies, 15(4), 210-223.
- Impact of Social Media on Online Begging Behavior. (2021). International Journal of Media Studies, 25(2), 122-135.