Menjadi mahasiswa tak membuat Anda luput dari intaian gangguan mental. Justru, tak jarang mahasiswa menjadi kelompok dengan faktor risiko yang tinggi untuk mengalaminya. Apa yang menjadi penyebab hal ini?
Padatnya kehidupan sebagai mahasiswa tak selalu cocok dengan pribadi setiap orang. Ada yang harus hidup jauh dari orang tua, sekolah sambil bekerja sambilan, terpapar pada pergaulan baru yang berbeda dengan pergaulan sebelumnya. Hal-hal ini dapat menjadi beban mental tersendiri dan dapat menimbulkan berbagai gangguan.
Berbagai penelitian dan statistik kini telah banyak mengungkap tingginya angka mahasiswa yang mengalami gangguan mental. Jika Anda berpikir fenomena ini hanya banyak terjadi di negara Barat, anggapan tersebut sangatlah keliru.
Sistem pendidikan, kompetisi, dan berbagai tekanan moral yang tinggi di negara-negara Asia seperti Cina, Jepang, Korea, dan termasuk Indonesia, menjadikan mahasiswa di negara-negara ini juga rentan terhadap gangguan mental. Berikut tiga gangguan mental yang banyak mengintai mahasiswa:
-
Depresi
Depresi dapat menyerang seseorang dalam berbagai kadar dan spektrum, mulai dari yang ringan dan tidak terdeteksi hingga yang berat dan membutuhkan pertolongan ahli segera. Menurut data Amerika Serikat pada tahun 2013, sekitar 36.4% mahasiswa dilaporkan mengalami gejala depresi (ringan hingga berat), dan menjadikannya alasan utama bagi ketidakmampuan mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan. Hal ini tentu tidak dapat dianggap remeh.
Jika Anda seorang mahasiswa, tentunya penting untuk mengenali gejala depresi agar bisa segera terdeteksi dan mencari bantuan teman, keluarga, atau bahkan tenaga ahli.
Gejala depresi yang paling sering terjadi dan mudah dikenali adalah adanya gangguan tidur, baik tidur terlalu sering atau lama, maupun kesulitan tidur dan insomnia. Gangguan nafsu makan juga tak jarang menjadi gejala awal yang dapat menandakan depresi. Mahasiswa dengan gejala depresi juga biasanya cenderung menarik diri dari komunitas dan merasa putus asa atau sendirian.
Selanjutnya
-
Cemas
Cemas sesungguhnya merupakan emosi normal yang dapat dirasakan oleh seseorang yang sehat sekalipun. Merasa cemas sesekali tak berarti Anda mengalami gangguan cemas. Seseorang dikatakan mengalami gangguan cemas (anxiety disorder) kala rasa cemas yang melanda telah mengganggu aktivitas dan kehidupan sehari-hari, hingga tak dapat menjalani hidupnya dengan normal akibat ketakutan yang berlebihan.
Tren penggunaan sebutan “baper” dan “parno” pada kelompok usia remaja dan dewasa muda kini memperburuk sekaligus mempersulit deteksi dini gangguan cemas, terutama pada mahasiswa yang termasuk dalam kelompok usia ini.
Tak jarang, karena tekanan sosial dari sekitar, mahasiswa dengan gangguan cemas semakin ragu dan takut untuk mengungkapkan bahwa dirinya mengalami kondisi ini. Gangguan cemas bukanlah sesuatu yang dapat disepelekan, dan dapat menyebabkan berbagai gangguan fisik seperti sakit kepala jenis tension dan serangan jantung.
Jika Anda sering mengalami perasaan tertekan, mudah marah dan tersinggung, serta kesulitan berkonsentrasi hingga mengganggu rutinitas, bisa jadi Anda mengalami gangguan cemas. Pada mahasiswa, munculnya gangguan ini sering kali disebabkan oleh tekanan, baik akademis maupun sosial dalam kehidupan di pendidikan tinggi. Gejala psikologis ini juga dapat disertai dengan gejala fisik seperti napas yang sering tersengal-sengal, detak jantung tidak teratur, dan nyeri otot tanpa sebab.
-
Gangguan makan
Gangguan makan juga menjadi salah satu gangguan mental yang menyerang mahasiswa, baik pria maupun wanita. Kondisi ini bisa semakin buruk jika orang tersebut tidak sadar mengalami gangguan ini dan tidak memiliki dorongan untuk memeriksakan diri.
Jenis-jenis gangguan makan meliputi anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating. Mengenali gangguan ini sebenarnya tidak sulit, namun sering kali tertutupi oleh berbagai pembenaran (misalnya: tidak sempat makan, merasa terlalu gemuk, atau justru terlalu banyak makan untuk menutupi kebosanan dan mengisi waktu begadang).
Jika Anda merasa memiliki kebiasaan makan yang tidak normal seperti terlalu banyak atau terlalu sedikit, selalu merasa terlalu kurus atau terlalu gemuk, olahraga berlebihan, ini adalah beberapa tanda Anda bisa saja mengalami gangguan makan.
Untuk bisa menjalani pendidikan tinggi dengan baik, seorang mahasiswa tentunya harus sehat secara fisik dan mental. Jika Anda mencurigai diri atau teman mengalami gangguan kesehatan mental di atas, jangan segan untuk mencari bantuan baik dari lingkungan sekitar, keluarga, hingga pertolongan ahli. Jangan biarkan gangguan mental makin memburuk dengan tidak membicarakannya dan menganggapnya sebagai sesuatu yang tabu.
[RS/ RVS]