Mengalami kecelakaan saat berkendara—baik motor maupun mobil—tentu bisa memunculkan trauma. Beberapa orang bahkan sampai tidak berani lagi berkendara setelah mengalami kecelakaan. Kecelakaan beruntun yang melibatkan 21 kendaraan yang terjadi di Tol Cipularang, yang terjadi pada Senin 2 September lalu, bisa dijadikan contoh.
Tabrakan maut itu bukan tak mungkin membuat korban yang selamat menjadi takut untuk kembali berkendara. Jika menilik lebih dalam, trauma akibat kecelakaan bisa mengakibatkan seseorang terkena gangguan post-traumatic stress disorder atau PTSD.
Gangguan psikis PTSD
Menurut dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid dari KlikDokter, PTSD adalah gangguan psikis yang rentan dialami oleh seseorang yang mengalami peristiwa mengerikan, terjadi mendadak, dan mengancam kehidupannya. Kondisi ini juga bisa terjadi pada orang yang menyaksikan orang terdekatnya mengalami suatu kejadian mengerikan.
“Contoh peristiwa yang bisa memicu gangguan PTSD adalah perang, kejahatan, kebakaran, kecelakaan, kematian orang yang dicintai, hingga bencana alam. Pikiran dan ingatan muncul kembali meski bahaya telah berlalu,” kata dr. Resthie.
Terkait kecelakaan, seperti tabrakan beruntun yang terjadi di Tol Cipularang, korban yang selamat dan mengalami PTSD sangat mungkin untuk merasakan gejala berikut:
- Perasaan gelisah yang terus-menerus.
- Kecemasan tentang mengemudi atau mengendarai kendaraan.
- Tidak ingin menjalani tes atau prosedur medis.
- Mudah marah, atau khawatir berlebihan.
- Mimpi buruk atau kesulitan tidur.
- Perasaan bahwa Anda tidak terhubung dengan acara atau orang lain.
- Ingatan tentang kecelakaan yang tidak bisa dihentikan atau kendalikan.
Kembali berkendara usai alami kecelakaan
Sulit memang untuk kembali berkendara usai kecelakaan. "Kecelakaan akan memengaruhi Anda secara psikologis," kata Edward Hickling, Psy.D., salah satu penulis After the Crash: Psychological Assessment and Treatment of Survivors of Motor Vehicle Accidents.
Namun, ada cara untuk bisa kembali berkendara usai alami kecelakaan, yakni:
-
Jangan simpan sendiri
Berbicara dengan keluarga, teman, dan orang lain yang Anda percaya untuk mendengarkan pengalaman Anda. Pada akhirnya, hal itu dapat membantu meringankan rasa takut dan kecemasan, serta mengeluarkan pikiran mengganggu dari kepala Anda.
-
Bawa pengemudi lain saat Anda pertama kali berkendara
Hal ini akan membuat Anda merasa lebih aman. Anda juga akan memiliki seseorang untuk mengambil alih kemudi jika Anda merasa terlalu kewalahan untuk mengemudi. Berapa kali Anda membutuhkan teman tergantung pada seberapa percaya diri Anda di belakang kemudi. Jadi, biarkan tingkat kenyamanan Anda menjadi panduan Anda.
-
Mulailah dengan berkendara jarak pendek
Seperti seorang atlet yang kembali dari cedera, Anda harus kembali ke rutinitas Anda. Untuk kembali berani berkendara, sering kali Anda harus melibatkan tahapan mengemudi dalam situasi yang tidak terlalu membuat Anda stres. Perlahan, Anda bisa mencoba jalanan yang lebih sulit untuk Anda kembali jago dalam menyetir.
-
Pertimbangkan kembali mengikuti kursus mengemudi
Mempertajam keterampilan dapat membantu Anda merasa lebih terjamin di belakang kemudi. Ikut kursus mengemudi juga membantu Anda mengenali dan menganalisis situasi di jalan raya yang berisiko bahaya.
Kembali berkendara setelah mengalami kecelakaan terkadang tidak mudah bagi beberapa orang. Namun, Anda tidak boleh menyerah pada rasa trauma Anda. Lakukan langkah-langkah di atas untuk secara perlahan mengurangi ketakutan Anda. Akan tetapi, bila trauma Anda pada jalan dan mengemudi tak kunjung hilang hingga menghambat aktivitas, segeralah berkonsultasi dengan psikolog atau terapis.
[HNS/ RVS]