Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) merupakan gangguan kecemasan yang menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penderitanya. Kondisi ini sangat unik karena penderitanya terjebak dalam perilaku serta kebiasaan yang terjadi berulang-ulang dan tidak dapat dikendalikan.
Rasa cemas akan hilang jika penderita telah melakukan kebiasaan tersebut. Akan tetapi rasa tenang ini hanya bersifat sementara. Ketika pikiran tersebut muncul lagi, penderita OCD harus kembali melakukan kebiasaan tersebut.
Hingga saat ini, belum diketahui pasti mengapa OCD bisa terjadi. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kombinasi antara faktor biologis dan faktor lingkungan memengaruhi terjadinya OCD.
Selain itu, rendahnya kadar zat kimia dalam otak serta faktor lingkungan seperti stres, kekerasan, serta masalah social turut memicu. Begitu juga dengan kehilangan orang yang dicintai.
Gejala OCD sendiri terdiri dari obsesi (gangguan pikiran) dan kompulsi. Gangguan pikiran yang sering dialami adalah rasa takut akan kotor atau kuman, takut menyakiti orang lain, takut membuat kesalahan, takut dipermalukan dan tidak diterima dalam pergaulan, serta fokus untuk mengatur sesuatu secara teratur, simetris dan sejajar.
Sedangkan kompulsi (keharusan) yang sering dialami oleh penderita OCD yaitu seperti mandi atau mencuci tangan berulang-ulang, memastikan berulang-ulang apakah pintu rumah sudah terkunci atau belum, menyusun barang secara rapi dengan letak yang sama dan tidak boleh berubah serta kebiasaan mengumpulkan barang-barang bekas.
Gangguan OCD tidak dapat sembuh dengan sendirinya. Untuk mengatasi OCD pun tidak dapat hanya lewat obat-obatan saja. Anda juga membutuhkan psikoterapi dan modifikasi perilaku agar dapat melawan ketakutan serta rasa cemas akibat OCD.
(DA/ RH)