Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI), stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek.
Banyak orang yang berpikir masalah stunting pada anak ini hanya dialami keluarga menengah ke bawah. Namun sebenarnya, masyarakat menengah ke atas juga berisiko mengalaminya.
Buah hati yang mengalami stunting juga berisiko tinggi untuk memiliki perkembangan mental dan kecerdasan yang terganggu.
Selain itu, stunting juga bisa membuat buah hati berpeluang lebih besar untuk mengalami penyakit degeneratif di kemudian hari.
Hingga saat ini, stunting masih menjadi salah satu dari masalah kesehatan utama di Indonesia; baik pada masyarakat golongan bawah, menengah, maupun atas. Angka kejadian kondisi tersebut masih sangat tinggi, yaitu sekitar 27,5 persen.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kejadian stunting yang masih di atas 20 persen dikategorikan sebagai kondisi kronis.
Penyebab Stunting pada Anak Indonesia
Menurut KEMENKES RI, penyebab stunting yang paling utama di Indonesia adalah rendahnya asupan gizi bayi pada 1.000 hari pertama kehidupan, sejak buah hati masih dalam kandungan hingga berusia 2 tahun.
Itu artinya, ibu yang tidak ingin buah hatinya mengalami stunting mesti memenuhi asupan gizi sejak kehamilan, juga di periode menyusui.
Artikel Lainnya: Cegah Stunting, Penuhi Nutrisi Makro dan Mikro Saat Menyusui
Saat hamil, ibu dianjurkan untuk selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang agar kebutuhan janin dalam kandungan terus terpenuhi.
Nah, ketika lahir ke dunia, ibu yang tidak ingin buah hatinya mengalami stunting mesti memberikan ASI eksklusif hingga berusia 6 bulan.
Atas dasar itu, pemahaman tentang ASI merupakan hal yang sangat penting, utamanya bagi ibu.
Mengapa ASI? Karena ternyata, ASI merupakan asupan yang sangat bergizi sehingga dapat memenuhi seluruh kebutuhan bayi selama enam bulan pertama kehidupannya.
Sebaliknya, jika seorang bayi tidak diberikan ASI secara eksklusif di 6 bulan pertama kehidupan, ia akan kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal sehingga lebih berisiko untuk mengalami stunting.
Cara Menyusui yang Benar untuk Cegah Stunting pada Buah Hati
Bagaimana pemberian ASI yang benar agar dapat mencegah stunting pada buah hati? Berikut ini tips yang bisa ibu terapkan:
Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Langkah penting agar ibu dapat memberikan ASI secara maksimal kepada buah hatinya adalah dengan melakukan inisiasi menyusui dini (IMD).
IMD merupakan pemberian ASI pada bayi segera setelah dilahirkan. Buah hati diletakkan di atas dada ibu, dan dibiarkan untuk mencari puting susu secara mandiri.
Hal tersebut terbukti meningkatkan bonding antara ibu dan buah hati, serta akan mengoptimalkan produksi hormon yang berperan dalam produksi ASI.
Hasilnya, ibu bisa semakin dekat dengan buah hatinya, dan produksi ASI juga akan semakin banyak.
Artikel Lainnya: Turunkan Risiko Stunting Dengan Pemberian ASI
Berikan ASI Sesuai Kebutuhan Buah Hati
Pada pekan-pekan pertama kehidupan, sebagian besar buah hati akan menyusui setiap 2 atau 3 jam, dan 8 hingga 12 kali dalam sehari.
Walaupun frekuensinya semakin menurun dari hari ke hari, tapi kebutuhan ASI buah hati terus meningkat seiring bertambahnya usia.
Pada usia 1 atau 2 bulan, misalnya, buah hati membutuhkan 120 sampai 140 mililiter ASI yang dapat dipenuhi dengan menyusui setiap 3 atau 4 jam sekali.
Namun, ketika usianya 5 atau 6 bulan, buah hati akan membutuhkan 240 mililiter ASI, yang dapat dipenuhi dengan menyusui setiap 4 atau 5 jam sekali.
Perhatikan Kualitas ASI
Saat ini, sebagian ibu hamil dan menyusui di Indonesia masih mengedepankan konsumsi karbohidrat dan lemak dalam jumlah tinggi.
Padahal, nutrisi yang paling dibutuhkan oleh ibu hamil maupun menyusui adalah protein dan serat, yang didampingi dengan nutrisi makro maupun mikro.
Protein dan serat, serta nutrisi makro maupun mikro berperan penting dalam proses pembentukan jaringan tubuh buah hati sejak dalam kandungan.
Kombinasi nutrisi tersebut juga dibutuhkan untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan menyusui, termasuk dalam hal mengoptimalkan kuantitas serta kualitas ASI.
Kuantitas dan kualitas ASI itu sendiri merupakan kunci mencegah stunting pada buah hati.
Di samping memenuhi kebutuhan protein dan serat, untuk memproduksi ASI dengan kuantitas dan kualitas yang baik mesti melakukan beberapa hal lainnya.
Pertama, minumlah air putih dua kali lebih banyak pada masa menyusui.Ini karena di periode tersebut, ibu terus mengeluarkan ASI (cairan) untuk dikonsumsi oleh buah hati. Apabila kekurangan minum (cairan), kuantitas ASI bisa ikut terpengaruh.
Kedua, konsumsilah makanan bergizi dan mengandung kalori yang cukup. Pada ibu yang sedang menyusui, membutuhkan tambahan kalori sebanyak 500 kilokalori karena kebutuhan energinya meningkat.
Tak cukup hanya dengan itu, ibu menyusui juga mesti memenuhi kebutuhan lemak sehat (omega 3), kalsium, dan vitamin D.
Artikel Lainnya: Penyebab dan Cara Mencegah Stunting pada Anak
Salah satu cara mudah untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan mengonsumsi susu khusus ibu menyusui yang terbaik, yaitu PRENAGEN lactamom.
PRENAGEN lactamom mengandung protein vitamin C, D3, E, dan zink, serta serat yang mampu mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh ibu dan buah hati.
Selain itu, PRENAGEN lactamom juga mengandung asam lemak sehat, DHA dan omega-3, yang dapat mendukung kecerdasan buah hati.
Nutrisi lengkap masa menyusui ini pun memiliki kandungan vitamin B2 dan B12 sehingga bisa menjadi ASI booster untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI ibu.
Karena waktu tak bisa kembali, maka tingkatkan kuantitas dan kualitas ASI dengan mengonsumsi PRENAGEN lactamom.
Dengan demikian, ibu bisa mempraktikkan cara menyusui buah hati yang benar sebagai langkah untuk mencegah stunting pada buah hati.
Apabila ibu butuh bantuan lebih lanjut mengenai cara menyusui, Ibu bisa berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis kandungan melalui fitur Tanya Dokter di website Prenagen atau fitur Tanya Dokter online di aplikasi Klikdokter.
(NB/AYU)