Hubungan asmara yang serius biasanya diakhiri dengan pernikahan. Saat sudah sepakat, segala hal yang menyangkut pernikahan pun dipersiapkan.
Tak perlu ditanya betapa pusingnya mengurus hal tersebut. Bahkan terkadang, ada yang sampai bubar dan gagal menikah karena tak temukan jalan tengahnya.
Kalaupun lancar, ada yang gagal menikah karena faktor lain; ketahuan punya simpanan, misalnya. Kalau sudah begini, bohong bila tidak merasa sedih, kecewa, marah, dan stres berat.
Perjalanan panjang hubungan dan usaha yang sudah dikeluarkan terasa sia-sia saja. Bisa dibilang, gagal nikah merupakan momen terpuruk bagi muda-mudi.
Siapa yang Lebih Terpuruk saat Gagal Menikah, Pria atau Wanita?
Ketika sebuah pernikahan tidak jadi dilangsungkan meski sudah menyiapkan segalanya, kubu pun langsung terbagi dua.
Ada yang menganggap bahwa pria adalah pihak yang paling dirugikan. Namun, ada juga yang percaya bahwa pihak wanitalah yang paling menderita.
Pria dianggap rugi karena biasanya sudah mengeluarkan banyak uang untuk persiapan. Selain itu, cukup sulit mencari wanita baru untuk langsung diajak serius.
Pria harus mencari, sedangkan wanita tinggal menunggu lamaran saja; begitu pikir mereka.
Artikel Lainnya: Tes Kesuburan Sebelum Menikah, Cara Deteksi Kemandulan Sejak Dini
Di sisi lain, wanita dianggap jadi pihak yang yang paling menderita, karena batal menikah sama saja dengan menunda usia hamil.
Wanita yang gagal nikah dan belum dapat gantinya dalam waktu lama rentan dibilang perawan tua. Belum lagi, malunya keluarga besar; begitu pendapat masyarakat.
Lantas, apa tanggapan Ikhsan Bella Persada, M. Psi., Psikolog, tentang hal tersebut? Benarkah ada salah satu pihak yang lebih sengsara ketika gagal menikah?
“Baik pria maupun wanita bisa mengalami keterpurukan atau stres berat ketika gagal menikah. Tergantung bagaimana si individu tersebut memaknai masalah yang terjadi,” ucap Ikhsan.
“Kalau bagi si individu itu pernikahan merupakan hal yang sangat diinginkan, ditambah orang sekitar sudah sering mendorong untuk menikah tapi akhirnya gagal, dia ini yang paling terpuruk. Dia bisa depresi, bahkan trauma,” tegasnya.
Dengan kata lain, siapa yang paling terpuruk akibat gagal menikah tidak ditentukan oleh jenis kelamin.
Artikel Lainnya: Ini Perawatan Tubuh yang Perlu Dilakukan Sebulan Sebelum Pernikahan!
Cara Move on dari Gagal Menikah
Yang lalu biarlah berlalu. Masa-masa terpuruk pasti ada. Yang penting jangan sampai terjebak terlalu lama di momen tersebut.
Agar Anda yang pernah gagal menikah bisa segera move on, berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan:
-
Jangan Dipendam, Terima Emosi yang Ada
Pada saat gagal nikah, perasaan pasti terasa campur aduk. Namun, jangan pendam emosi tersebut.
Jika sedih, menangislah; jika marah, luapkanlah tanpa menyakiti orang dan makhluk hidup lainnya.
“Ungkapkan saja bagaimana rasa sedih yang Anda rasakan. Pada prosesnya nanti, emosi akan naik turun. Kadang sedih, kadang bisa menerima, kadang teringat lagi; itu hal yang wajar. Yang penting, terima emosi yang dirasakan,” kata Ikhsan.
“Pelan-pelan saja, semua butuh proses, jangan dipaksakan langsung move on sekarang juga,” sambungnya.
-
Segera Batalkan Urusan Seremoni Nikah Agar Tak Berlarut-larut
Tahapan yang ini mungkin tidak berhubungan langsung dengan emosi. Namun, menyelesaikan segala urusan pernikahan yang batal akan meningkatkan perasaan lega bagi Anda dan keluarga.
Hal itu diibaratkan seperti sudah tidak ada hutang lagi dengan ini dan itu. Ketika semuanya sudah beres, Anda tinggal fokus pada pemeliharaan diri.
Artikel Lainnya: Persiapan Mental yang Harus Dilakukan Jelang Pernikahan
-
Hilangkan Sisa-Sisa Kenangan
Kalau mau move on, hal-hal yang bersifat kenangan harus disingkirkan. Anda tidak perlu menyimpan barang yang diberikan sang mantan.
Jika ingin simpan satu saja, lebih baik jangan foto, video, atau barang yang sifatnya personal.
Lebih baik simpan barang yang sifatnya fungsional dan bisa digunakan oleh anggota keluarga lain (jika ada).
-
Tidak Perlu Salahkan Diri Sendiri
Cara move on dari gagal menikah selanjutnya adalah tidak perlu menyalahkan diri sendiri atas hal yang telah dialami. Semua sudah ada diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Lebih baik batal di awal ketimbang cerai di tengah-tengah kehidupan pernikahan yang tidak bahagia, bukan? Apalagi jika sudah dikaruniai anak, prosesnya pasti akan jauh lebih menyiksa.
Artikel Lainnya: Tips dari Psikolog Agar Pernikahan Kedua Sukses dan Langgeng!
-
Berdamai dengan Keadaan, Memaafkan, dan Bikin Sesuatu
Dengan Anda tidak menyalahkan diri sendiri, ini sudah masuk ke proses berdamai dengan keadaan. Ikhlaskan hal yang sudah terjadi.
Berlarut-larut marah, sedih, dan kecewa tak mengubah keadaan apa pun, bukan? Jadi, biarkan saja hal tersebut berlalu.
“Lalu, cobalah untuk memaafkan orang yang menyakiti Anda. Buatlah suatu jurnal, lagu, atau apapun yang sekiranya bisa mengungkapkan perasaan Anda. Tidak perlu dikirim ke orangnya; ini untuk terapi diri sendiri,” saran Ikhsan.
-
Tidak Perlu Malu dan Tak Usah Dengar Kata Orang
Belajarlah untuk tidak terlalu memperdulikan apa kata orang. Biarkan saja jika ada yang mencemooh Anda karena gagal nikah.
Jika mereka punya hak untuk berbicara, Anda juga punya hak untuk menutup telinga dari hal-hal bising yang tak penting.
-
Lakukan Kegiatan yang Meningkatkan Self Love
Kalau kemarin-kemarin waktu dan tenaga dihabiskan untuk mencintai orang lain, kini saatnya Anda mencintai diri sendiri terlebih dahulu.
“Coba lakukan kegiatan yang sekiranya dapat membuat Anda lebih mencintai diri sendiri. Hal Ini bantu untuk lebih memahami diri dan membuat bersyukur. Coba juga lakukan berbagai jenis meditasi,” tutur Ikhsan.
Artikel Lainnya: Wanita Menikah di Atas Usia 35, Apa Efeknya pada Kesehatan?
-
Cari Gantinya saat Sudah Siap
Ketika semua masalah selesai, emosi sudah stabil, dan Anda bisa bersikap biasa saja dengan mantan, kini saatnya mulai membuka mata dan hati untuk orang lain.
Penting untuk mencari pasangan baru ketika semuanya sudah beres dan stabil. Jika saat galau-galaunya Anda cari pasangan, bisa dibilang itu hanya pelampiasan.
Ujung-ujungnya, hubungan hanya bertahan sebentar dan Anda malah menyakiti orang lain.
Hindari melakukan hal seperti itu, apalagi jika sebelumnya sempat membanding-bandingkan yang baru dengan yang lama.
Anda tentu tahu sendiri betapa sakitnya ditinggal, bukan? Jadi, jangan lakukan hal tersebut kepada orang lain, ya!
Sudah bisa menjalin hubungan baru, tapi masih trauma sehingga takut menikah? Untuk cara menghilangkan trauma gagal menikah, Anda bisa meminta pertolongan psikolog yang berpengalaman.
Anda dapat menggunakan layanan LiveChat 24 jam atau aplikasi Klikdokter jika merasa perlu berkonsultasi kepada psikolog mengenai cara menghilangkan trauma gagal nikah atau hal-hal menyangkut kesehatan mental lainnya.
(NB/AYU)